PAMERAN SENI RUPA DARTIN YUDHA SERASA NADRAN NELAYAN PANTURA

Saturday, May 10, 2014
Malam sabtu 2 Mei 2014, di pelataran Gedung Pantibudaya yang juga dikenal dengan nama lama Wisma Dharma, dipenuhi ratusan warga Indramayu. Mereka berkumpul menyaksikan pembukaan Pameran Seni Lukis Abstrak Karya Dartin Yudha bertajuk “Painting Over Old Money”. Malam itu sebelum dibuka oleh Asda 2 Pemkab Indramayu H. Drs. Wahidin MSi. Seniman Kondang Wergul W Darkum menyajikan sebuah perform dengan judul “Yatra Ing Bumi Kala Bendu. Sebuah penampilan yang mengingatkan kejayaan Koreografer tari jebolan ISI Yogyakarta di tahun 90-an.Malam itu Wergul merubah konsisi yang lengang jadi paduan warna san sabetan cahaya yang indah. ” Koreografer kebanggaan Indramayu jebolan ISI Yogyakarta ini seakan ingin membuka nuansa warna yang ditransformasikan kedalam pameran Dartin Yudha tak melulu sebagai In Exibition; mulai 2-9 Mei 2014. Didukung 6 Penari putrid  dari siswi SMA Indramayu ia pecahkan setiap ampul-ampul cat berwarna dan kemudian dimuncratkan ke segala arah, bahkan secara ekstim ia balur sekujur tubuhnya, membuat warna-warni itu tampak sebuah lukisan yang bergerak.      

            Malam Minggu 3 Mei 2014, ditempat yang sama digelar kesenian sintren (Sinyo Traind)  dari siaswa-siswi SMK NU Cikedung Binaan Bapak Tarka Hanacaraka dan Dalang Tarno. Pertunjukan sangat memukau. Penonton Indramayu serasa dibawa ke masa 20 tahun silam dimana kesenian seperti ini menjadi kesenian terpopuler saat itu. Tak sekedar anak gadis berjilbab hitam yang diikat kencang kemudian dimasukkan ke dalam tikar dan tak lama setelah gulungan tikar dibuang ke penonton, tikar dibuka hilang orang yang didalamnya. Dalam waktu yang sangat cepat, di dalam kurungan berwarna orange, setelah ditembangi lagu “Turun-turun sintren, sintrene widadari temuruna yun ayunan temuruna yun ayunan sintrene si jaya endra widadari tekuruna…” sekilas kita melongo menyaksikan di dalam kurungan telah berdiri sesosok perempuan berkacamata dengan baju putih dan ia menari terus menari seperti yang kesurupan. Begitu juga saat ia dilempari uang maka tubuhnya terjengkang.
Menurut budayawan Pantura Nurochman Sudibyo Kesenian Sintren dibut oleh Ki Seca Branti, saudara seperguruan Pangeran Diponegoro. Ditegaskan oleh Dalang Ki Tapa Kelana bahwa Kesenian ini digunakan oleh pasukan Doponegoro untuk berkirim sandi ke berbagai masyarakat guna mengumpulkan dana dan member petunjuk arah perjuangan melaean Belanda,Kegiatan perform kesenian tradisi dari Cikedung ini berlanjut dengan jaran lumping hingga pagi hari harus diulang karena animo masyarakat sangat begitu antusias. Untuk Jaran Lumping Nurochman menegaskan bahwa Jaran atau turangga adalah pencapaian drajat bagi seorang laki-laki sejati ejak jaman Majapahit. Turangga yang dimaknai sebagai kendaraan khusus hingga kini masih menjdi kebutuhan semua orang. Jaran Lumping sebuah kesenian yang seolah sindiran pada penguasa yang tidak eling dan membiarkan rakyatnya kesurupan makan beling dan rumput.
Siang hari minggu hingga sore Panti budaya atau Wisma Darma diramaikan dengan pentas band dari Fans NOAH.
Malam   Selasa, Dalang Ki Tapa Kelana memainkan aksinya dengan bercerita dengan lakon “RERAWUD BANDA KAYA NUSWANTARA” dengan menggunakan media wayang Alang-alang ki Tapa Kelana atau Nurochman Sudibyo seperti hendak menyampaikan pesan social terkait peranan KPUD, para pemilik libido politik yang mencalonkan diri menjadi anggita DPR, yang menghasilkan suara banyak dengan money politik dan yang kalah karena tak mampu bersiasah. Juga yang berebut kursi dengan cara demo tak puas karena suaranya merasa dirusak oleh orang lain dan bisa jadi dirusak dirinya sendiri karena ketika masih menjadi anggota DPRD tak melakukan reses dan  Sedang malam harinya atau Malam senin, diisi diskusi oleh para seniman terkait pertunjukan dan karya seni yang tengah dipamerkan oleh Dartin Yudha. Kurang memperjuangkan aspirasi rakyat. Malam itu Dalang wayang Alang-alag menggetarkan malam dengan perang rasa, emosi, dan nafsunya sendiri, sehingga menurutnya kursi yang maha tinggi itu hanyalah KURSI ILLAHI..
Hingar binger di Pameran Seni Lukis Abstrak Karya Dartin Yudha mencipta daya tarik bagi public seni masyarakat Indramayu. Ruang pamer gedung Kesenian Panti Budaya dari pagi hingga malam masih memberi denyut kemenarikan tersendiri. Pegunjungpun tak Cuma kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga kalangan wiraswastawan dan pejabat teras Pemkab Indramayu. Sejak pertama dibuka karya-karya senirupa Dartin produk 2014 laris manis. Tak kurang 4 buah karyanya dibeli kolektor local dengan harga jutaan rupiah. Begitu juga sampai hari terakhir terhitung 7 buah karya Dartim Yudha terjual sukses.
            Di hari Rabu Jika sejak pangi agak lengang di ruang pamer, Sore harinya di tengah latar gedung diselenggarakan diskusi bertajuk Mengupas Sejarah Indramayu dari sudut pandang seorang Filolog kenamaan Indramayu Ki Tarka Hanacaraka sang penerjemah naskah kuno dan ahli aksara jawa ditemani Supali Kasim Spd, MPd. Yang juga pemerhati sejarah secara bergantian menggulirkan tema yang sengaja dibangun bersama audiens yang juga para pecinta sejarah.
            Ki Tarka dalam makalah yang dipaparkan sengaja mengulas berbagai persoalan yang mengganjal pada beberapa naskah yang ditemukannya menyangkut tokoh legendaris Raden Wiralodra. Dalam temuannya Ki Tarka menemukan banyak perbedaan tentang keberadaan orang nomor satu pertama didukuh Cimanuk tersebut. Hal itu juga diperkuat dengan pendapat Supali Kasim yang dalam penetiannya juga menyangsikan pembabakan dapecinta sejarah Indramayu.
Dalam penuisan Sejarah Indramayu terdapat banyak kesalahan tahun, pembabakan sejarah, sehinga tidak singron anatara penulisan dengan tahun nama-nama yang tertera ada di jamannya. Bahkan asumsi-asumsi berbeda lainnya pun diungkapkan oleh para penanya sebagaimana diungkap Nurochman Sudibyo dan Amir Syarifudin sarjana IAIN Jurusan Sejarah Islam dari KUA Patrol, Mulyono Panji Darusalam, Dalang Karto, Siswo Hadi Prayitno alias Tawon dan tak kurang dari 50 orang.  Puncak diskusi pun emudian mengarah pada rencana gugatan di masa depan terkait perubahan Hari Jadi dan penulisan Sejarahnya khusus mengenai sejarah Indramayu. Dengan begit anak-cucu dimasa depan tidak dibuat bingung.
Kegiatan selanjutnya ada Work Shop melukis oleh Dartim Yudha, Diklat music bersama Mas Yudo, dan di malam Jumat kemarin digelar aktifitas penari dari Sanggar Melati Ayu pimpinan Rokhman-Rokhim si kembar yang baru saja sukses membawa anak-didiknya ke even besar Hari Tari Sedunia 29 April 2014 lalu.
Malam samtu, 9 Mei 2014 di latar Gedung pantibudaya kembali keramaian puncak pameran Seni Lukis Abstrak Karya Dartim Yudha bertema “Painting Over Old Money”  mencapai puncaknya. Kegiatan yang diprakarsai IKAPMI DI Yogyakarta atau Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Indramayu Alumus  Yogyakarta yang diketuai Doddy Saeful Islam SH. Notaris muda Indramayu yang sangat perhatian terhadap kegiatan seni dan budaya. Bahkan dalam sambutannya Doddy bercita cita ingin membangun sekolah seni di Indramayu. Ia sangat diharapkan oleh masyarakat seni di masa depan dapat tampil ikut serta membangunIndramayu menuju titik cerah yang lebih sempurna. Kegitan Pameran Dartim Yudha pun berkhir dengan sukses. Semua berkat dukungan berbagai kelompok dan personal seperti Dewan kesenian indramayu, Seniman, budayawan, Fotografer, wartawan seni budaya dan budayawan-budayawan yang tak kenal lelah membangun daerahnya dari sisi lain meski harus patungan dan mencari sponsor dari pemerhati seni budaya daerahnya.***    (Rofi)
Share this article :
+
Apakah Anda menyukai postingan ini? Silahkan share dengan klik di sini
Unknown

Saya hanyalah orang biasa yang menyukai blogging dan mencoba berbagi pengalaman dengan yang lain tentang blogging dan SEO. Semoga bisa bermanfaat.

Follow me on: Facebook | Twitter | Google+
×
Previous
Next Post »
Show Facebook Comments
Copyright © 2013. DARTIN YUDHA - All Rights Reserved | Template Created by Kompi Ajaib Proudly powered by Blogger